SALAHKAH AKU
SALAHKAH AKU
" Allahu Akbar….Allahu Akbar……"
" La Ilaha Ilallah…."
Adzan subuh menggema seantero kampung. Suaranya menyeruak membangunkan bani Adam yang terlelap. Fahri. Seorang pemuda alumni sebuah pondok besar di jawa timur. Terbangun dari lelapnya yang indah. Membuka tirai jedela kamarnya nan gelap. Udara segar pagi menelusup masuk menyibak kemalasan. Segera ia bersiap-siap beranjak ke masjid. Seperti biasa setelah menjadi imam sholat subuh ia mengisi pengajian remaja masjid. Banyak para remaja, anak-anak, bahkan orang tua ikut menyimak setiap petuah yang keluar dari Fahri. Walaupun ia hanya seorang alumni sebuah pesantren, tapi jangan ditanya masalah ceramah. tasji dan lain sebagaiya yang berhubungan dengan ngomong di depan umum. Dialah jagonya. Bukan hanya itu sepak terjangnya juga bukan main. Mulai dari kepanitiaan acara, hingga menggerakan pemuda kampung, semua di bawah kepemimipinannya. Tak ayal kalau jam terbangnya hampir menyamai khalifah umar bin kahatab. Seorang khalifah yang menyandang gelar singa padang pasir. Apabila anda ingin menemui Fahri jangan harap bisa menemuinya di siang hari. Minimal pukul sembilan malam dia baru ada di rumah. Padatnya aktifitas dan banyaknya undanganlah yang membuatnya jarang di rumah.
Hari berganti dan minggu pun berlalu. Sepak terjang Fahri semakin hari semakin menujukan tingkat prestasinya yang tajam. Menyilaukan setiap mata memandang, terlebih bagi kaum hawa. Banyak para remaja wanita yang menaruh hati padanya. Baik itu dari anggota pengajiannya atau pun bukan. Mereka sangat mengagumi Fahri. Namun tidak ada satu pun yang berani mengungkapkan perasaanya. Mereka tahu akan karakter dan kepribadian Fahri. Ia bukan tipe pemuda yang luluh oleh hadiah, harta atau pun kecantikan. Ia sangat sensitive sekali masalah sopan santun dan agama. Terlebih masalah moral dan akhlak. Ia sangat menjunung tinggi moral yang baik dan akhlak yang mulia. Tak heran kalau pemuda ini menjadi pujaan setiap wanita.
Hingga pada suatu hari datanglah seorang wanita dari kota. Farah. Seorang wanita yang bekerja di kota untuk membiayai adik-adiknya. Kedua orang tua mereka telah pergi ketika Farah duduk di bangku SMA. Setelah kepergian kedua orang tuanya Farah dan adik-adiknya tinggal bersama nenek. Namun karena neneknya hanya bekerja sebagai penjual gorengan dan tidak cukup untuk membiayai biaya adik-adiknya. Akhirnya setelah lulus SMA Farah meutuskan untuk bekerja di kota. Entah kerja apa ia di kota, yang jelas tiap bulan ia mengirim uang ke kampung untuk adi-adiknya. Kata orang sih.. ia kerja di komplek-komplek gak jelas statusnya. Namun ketika neneknya bertanya soal pekerjaannya. Ia malah marah dan jangan mengungkit-ungkit masalah itu lagi.
Seiring waktu berlalu Farah menjalankan aktivitasya seperti biasa. Entah ada angin apa hari ini ia bangun lebih pagi. Terketuk hatinya untuk solat subuh di masjid. Dengan cepat ia mempersiapkan segalanya dan solat subuh berjamaah. Seperti biasa setelah solat subuh di masjid kampung ini selalu ada pengajian. Farah mengikuti pengajian yang di pimpin Fahri. Banyak ilmu yang ia dapatkan dari pengajian ini. Mulai dari masalah halal dan haram hingga masalah batasan-batasan aurat wanita. Fahri menjelasakannya penuh wibawa dan penghayatan yang mendalam. Secara tidak sengaja Farah terkesima dengan keilmuan dan kepribadiannya. Tutur katanya yang lembut dan kesopanannya membangkitkan Inerbeauty Farah. Setiap gerak-geriknya ia perhatikan. Bukan hanya itu, bahkan ia hafal setiap bagian dari diri Fahri entah suaranya, jalanya sampai jadwal kegiatannya. Secara tidak langsung Fahri telah mencuri hati Farah dengan halus. Ah …cinta memang seperti siluman berbulu surga. Sulit namun diburu.
Hari berlalu dengan rotasinya yang kekal. Perasaan Farah kian hari kian menggelora. Merasuk ke dalam jiwa. Menyeruak menelusup saraf-saraf sensorik. Membius akal sehat dan hati nurani. Namun di sela-sela sense-nya ia bingung akan keadaan dirinya. Ia merasa tidak pantas menjadi pendaping Fahri. Ia terlalu kotor untuk mendampingi Fahri. Tapi ia bukan seorang wanita yang mudah putus asa. Farah telah lumayan lama bergulat di kota. Ia sudah banyak makan asam garam kehidupan. Akhirnya ia mempunyai inisiatif untuk berubah menjadi baik. Mulai dari sikap, ucapan, hingga pakaian ia ubah total. Kini Farah telah menjadi seorang muslimah yang cantik rupawan. Kegiatannya lebih banyak diisi dengan ibadah dan introspeksi diri. Ia tidak ingin lagi kembali ke kota. Lalu untuk membiayai adik-adiknya ia bekerja di sebuah koveksi busana muslim. Dengan segala totalitas perubahan yang telah ia ciptakan. Akhirnya ia dapat mendekati Fahri. Banyak rutinitas yang ia lalui bersama Fahri. Mulai dari acara-acara kecil hingga kepanitiaan pengajian kampung Farah selalu bersama Fahri. Perkembangan itu pun semakin menonjol dengan sikap hangat Fahri kepadanya. Namun apa boleh di kata. Sebaik-baiknya meyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga. Itulah yang terjadi dengan Farah. Baru saja ia bisa menghirup indahnya sebagai seorang muslimah. Ia mulai di coba dengan gossip-gosip yang miring. Disamping rutinitasnya dengan Fahri. Banyak wanita lain yang merasa iri dan tidak suka atas apa yang telah di capai Farah. – sebut saja namanya Silvi- ia seorang remaja anggota pengajian yang di pimpin Fahri. Ia juga telah lama menyimpan perasaan kepada Fahri. Bahkan Silvi jauh lebih lama akrab bersama Fahri. Sikap yang di tunjukan Fahri kepadanya pun jauh lebih hangat. Namun semuanya berubah setelah kedatangan Farah. Kehangatan yang dulu ia rasakan semakin memudar dan sirna. Acara demi acara yang di pimpin Fahri lebih banyak bersama Farah. Sampai acara rutinan kampong, Farah selalu menjadi tangan kanan Fahri. Akhirnya Silvi merasa gerah atas kenyataan ini. Ia tidak bisa tinggal diam dengan segala kepenatannya. Ia harus menghentikan semua ini. Lalu ia mempunyai ide untuk menjauhkan mereka berdua.
Hari yang indah dengan udaranya yang sejuk, Silvi bergegas menemui Fahri. Ia menjelaskan semua asal-usul Farah. Mulai dari kematian kedua orang tuanya hingga ia bekerja di kota. Semua ia jelaskan panjang lebar sehingga Fahri merasa marah kepada Farah. Ia juga menjelaskan bahwa perubahan dirinya tidak lain hanya untuk medekati dirinya. Setelah mendengar penjelasan dari Silvi. Fahri merasa telah di perdaya oleh Farah. Ternyata selama ini segala sikap baiknya hanya untuk mendapatkan pujian orang lain. Tanpa menunda-nunda waktu Fahri langsung menemui Farah. Kebetulan di jalan ia menemukan Farah pulang dari tempat kerjanya. Fahri langsung membawa Farah ke suatu tempat untuk berbicara dengannya.
" Sengaja aku ajak kamu kesini. Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu.”
“ Tentang apa Fahri ?”
“ Begini Farah, dulu aku pernah membaca sebuah kitab karangan 'Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi, seorang ulama yang hidup dalam abad ke XIII Hijrah, menerangkan bahwa sesungguhnya Allah S.W.T telah menciptakan akal, maka Allah S.W.T telah berfirman yang bermaksud : "Wahai akal mengadaplah engkau." Maka akal pun mengadap kehadapan Allah S.W.T., kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Wahai akal berbaliklah engkau!", lalu akal pun berbalik. Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi yang bermaksud : "Wahai akal! Siapakah aku?". Lalu akal pun berkata, "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah". Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau.". Setelah itu Allah S.W.T menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang bermaksud : "Wahai nafsu, menghadaplah kamu!". Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah S.W.T berfirman lagi yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau.". Setelah itu Allah S.W.T menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.". Lalu Allah S.W.T menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu' selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan maka Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, " Aku adalah hamba-Mu dan Kamu adalah tuhanku.”
“Dengar Farah…… dalam hal ini aku ingin mengatakan kepadamu bahwa sesungguhnya merubah diri untuk menjadi baik karena ingin di puji orang lain atau pun ingin dekat dengan seseorang yang sangat kamu sayangi adalah sebagian dari nafsu. Semua pekerjaan atau pun perubahan yang telah engkau lakukan dengan mengharapkan selain ridho dari Allah adalah budak nafsu yang berujung pada fatamorgana."
" Maksud kamu, selama ini perubahan yang terjadi kepada diriku bukan karena Allah ?"
" Bukan begitu Farah, aku hanya ingin mengingatkan dirimu supaya tidak salah niat dan kembali pada jurang kenistaan yang kelam."
" Tapi aku tidak seburuk yang kamu bayangkan."
" Iyah….. aku faham akan perasaanmu tapi….."
" Ah… aku sudah tahu maksudmu.."
Farah berlari pergi menjauhi Fahri, setengah wajahnya ia tutup dengan ujung kerudung. Fahri mencoba memanggil Farah berkali-kali tapi ia tidak menghiraukan panggilannya. Semakin lama tubuh Farah hilang di telan waktu. Fahri hanya bisa diam membisu meratapi kepergian Farah. Keesokan harinya, Fahri mendapatkan sebuah bingkisan dan sebuah surat dari Farah. Ia membuka surat itu dan membacanya.
Teruntuk mas Fahri
di
tempat
Andaiku sanggup menggapai gemerlapnya bintang di awan. Lengkungan pelangi yang menghiasi indahnya ciptaan. Waktu yang berjalan mengintari kehidupan mahluk Tuhan. Ingin kupersembahkan kepada seorang pangeran rupawan. Sebagai ungkapan dari lubuk hati yang paling dalam. Untuk mebuktikan bahwa engkaulah bayangan diriku. Lembaran hidupku yang akan kupenuhi dengan tinta cintaku. Impian indah yang akan kulalui bersamamu. Sampai ajal menjemputku dalam ketulusan kalbu.
Namun, semerbak wangi bunga kamboja telah menyebar membawa aroma kematian jiwa. Sang pangeran angkuh pergi meniggalkan semua harapan. Dengan segala kehormatan dan kejayaan yang telah di capainya. Mencampakanku yang hina dalam pandangannya. Menenggelamkanku setelah bangun walaupun sesaat. Menyeretku hingga terseok duri-duri beracun.
Kini aku tak sanggup lagi mengejar pangeran yang angkuh. Aku lebih memilih kembali pada jalanku walaupun buruk baginya. Namun itu baik bagiku dan lebih menyenangkan. Daripada mengejar sesuatu yang tak kunjung berakhir. Hanya luka dan luka yang selalu menemani setiap waktuku. Mungkin jika pangera lebih bahagia dengan kepergianku. Aku pun rela untuk melakukannya. Senyummu adalah bahagiaku dan sakitmu adalah tangisku.
Tak lupa aku kembalikan semua pakaian kebesaran yang selalu menemanimu. Mungkin aku tidak pantas untuk memakainya, biarkanlah orang lain yang memakainya yang lebih pantas menurutmu.
Farah
Setelah membaca surat darinya. Fahri membuka bingkisan dari Farah. Terlihat bingkisan itu lebih besar dari biasanya. Namun ia terkejut setelah membuka bingkisan itu. Ternyata dalamya adalah seperangkat baju muslimah. Mulai dari kerudung putih, baju gamis panjang yang selalu ia pakai ke pengajian, hingga alat-alat solat. Semua tersimpan rapih dalam bingkisan itu. Fahri merasa berdosa atas apa yang telah ia lakukan. Seandainya waktu bisa berulang. Ia ingin menariknya kembali dan merubah segalanya.
Setelah beberapa hari kemudian, Fahri menonton berita dalam acara televisi, dan di salah satu berita yang menerangkan tentang razia PSK. Ia melihat Farah di giring oleh petugas memasuki mobil patroli. Dalam hati Fahri bertanya.
" Ya Allah salahkah aku atas semua ini ?"
" Allahu Akbar….Allahu Akbar……"
" La Ilaha Ilallah…."
Adzan subuh menggema seantero kampung. Suaranya menyeruak membangunkan bani Adam yang terlelap. Fahri. Seorang pemuda alumni sebuah pondok besar di jawa timur. Terbangun dari lelapnya yang indah. Membuka tirai jedela kamarnya nan gelap. Udara segar pagi menelusup masuk menyibak kemalasan. Segera ia bersiap-siap beranjak ke masjid. Seperti biasa setelah menjadi imam sholat subuh ia mengisi pengajian remaja masjid. Banyak para remaja, anak-anak, bahkan orang tua ikut menyimak setiap petuah yang keluar dari Fahri. Walaupun ia hanya seorang alumni sebuah pesantren, tapi jangan ditanya masalah ceramah. tasji dan lain sebagaiya yang berhubungan dengan ngomong di depan umum. Dialah jagonya. Bukan hanya itu sepak terjangnya juga bukan main. Mulai dari kepanitiaan acara, hingga menggerakan pemuda kampung, semua di bawah kepemimipinannya. Tak ayal kalau jam terbangnya hampir menyamai khalifah umar bin kahatab. Seorang khalifah yang menyandang gelar singa padang pasir. Apabila anda ingin menemui Fahri jangan harap bisa menemuinya di siang hari. Minimal pukul sembilan malam dia baru ada di rumah. Padatnya aktifitas dan banyaknya undanganlah yang membuatnya jarang di rumah.
Hari berganti dan minggu pun berlalu. Sepak terjang Fahri semakin hari semakin menujukan tingkat prestasinya yang tajam. Menyilaukan setiap mata memandang, terlebih bagi kaum hawa. Banyak para remaja wanita yang menaruh hati padanya. Baik itu dari anggota pengajiannya atau pun bukan. Mereka sangat mengagumi Fahri. Namun tidak ada satu pun yang berani mengungkapkan perasaanya. Mereka tahu akan karakter dan kepribadian Fahri. Ia bukan tipe pemuda yang luluh oleh hadiah, harta atau pun kecantikan. Ia sangat sensitive sekali masalah sopan santun dan agama. Terlebih masalah moral dan akhlak. Ia sangat menjunung tinggi moral yang baik dan akhlak yang mulia. Tak heran kalau pemuda ini menjadi pujaan setiap wanita.
Hingga pada suatu hari datanglah seorang wanita dari kota. Farah. Seorang wanita yang bekerja di kota untuk membiayai adik-adiknya. Kedua orang tua mereka telah pergi ketika Farah duduk di bangku SMA. Setelah kepergian kedua orang tuanya Farah dan adik-adiknya tinggal bersama nenek. Namun karena neneknya hanya bekerja sebagai penjual gorengan dan tidak cukup untuk membiayai biaya adik-adiknya. Akhirnya setelah lulus SMA Farah meutuskan untuk bekerja di kota. Entah kerja apa ia di kota, yang jelas tiap bulan ia mengirim uang ke kampung untuk adi-adiknya. Kata orang sih.. ia kerja di komplek-komplek gak jelas statusnya. Namun ketika neneknya bertanya soal pekerjaannya. Ia malah marah dan jangan mengungkit-ungkit masalah itu lagi.
Seiring waktu berlalu Farah menjalankan aktivitasya seperti biasa. Entah ada angin apa hari ini ia bangun lebih pagi. Terketuk hatinya untuk solat subuh di masjid. Dengan cepat ia mempersiapkan segalanya dan solat subuh berjamaah. Seperti biasa setelah solat subuh di masjid kampung ini selalu ada pengajian. Farah mengikuti pengajian yang di pimpin Fahri. Banyak ilmu yang ia dapatkan dari pengajian ini. Mulai dari masalah halal dan haram hingga masalah batasan-batasan aurat wanita. Fahri menjelasakannya penuh wibawa dan penghayatan yang mendalam. Secara tidak sengaja Farah terkesima dengan keilmuan dan kepribadiannya. Tutur katanya yang lembut dan kesopanannya membangkitkan Inerbeauty Farah. Setiap gerak-geriknya ia perhatikan. Bukan hanya itu, bahkan ia hafal setiap bagian dari diri Fahri entah suaranya, jalanya sampai jadwal kegiatannya. Secara tidak langsung Fahri telah mencuri hati Farah dengan halus. Ah …cinta memang seperti siluman berbulu surga. Sulit namun diburu.
Hari berlalu dengan rotasinya yang kekal. Perasaan Farah kian hari kian menggelora. Merasuk ke dalam jiwa. Menyeruak menelusup saraf-saraf sensorik. Membius akal sehat dan hati nurani. Namun di sela-sela sense-nya ia bingung akan keadaan dirinya. Ia merasa tidak pantas menjadi pendaping Fahri. Ia terlalu kotor untuk mendampingi Fahri. Tapi ia bukan seorang wanita yang mudah putus asa. Farah telah lumayan lama bergulat di kota. Ia sudah banyak makan asam garam kehidupan. Akhirnya ia mempunyai inisiatif untuk berubah menjadi baik. Mulai dari sikap, ucapan, hingga pakaian ia ubah total. Kini Farah telah menjadi seorang muslimah yang cantik rupawan. Kegiatannya lebih banyak diisi dengan ibadah dan introspeksi diri. Ia tidak ingin lagi kembali ke kota. Lalu untuk membiayai adik-adiknya ia bekerja di sebuah koveksi busana muslim. Dengan segala totalitas perubahan yang telah ia ciptakan. Akhirnya ia dapat mendekati Fahri. Banyak rutinitas yang ia lalui bersama Fahri. Mulai dari acara-acara kecil hingga kepanitiaan pengajian kampung Farah selalu bersama Fahri. Perkembangan itu pun semakin menonjol dengan sikap hangat Fahri kepadanya. Namun apa boleh di kata. Sebaik-baiknya meyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga. Itulah yang terjadi dengan Farah. Baru saja ia bisa menghirup indahnya sebagai seorang muslimah. Ia mulai di coba dengan gossip-gosip yang miring. Disamping rutinitasnya dengan Fahri. Banyak wanita lain yang merasa iri dan tidak suka atas apa yang telah di capai Farah. – sebut saja namanya Silvi- ia seorang remaja anggota pengajian yang di pimpin Fahri. Ia juga telah lama menyimpan perasaan kepada Fahri. Bahkan Silvi jauh lebih lama akrab bersama Fahri. Sikap yang di tunjukan Fahri kepadanya pun jauh lebih hangat. Namun semuanya berubah setelah kedatangan Farah. Kehangatan yang dulu ia rasakan semakin memudar dan sirna. Acara demi acara yang di pimpin Fahri lebih banyak bersama Farah. Sampai acara rutinan kampong, Farah selalu menjadi tangan kanan Fahri. Akhirnya Silvi merasa gerah atas kenyataan ini. Ia tidak bisa tinggal diam dengan segala kepenatannya. Ia harus menghentikan semua ini. Lalu ia mempunyai ide untuk menjauhkan mereka berdua.
Hari yang indah dengan udaranya yang sejuk, Silvi bergegas menemui Fahri. Ia menjelaskan semua asal-usul Farah. Mulai dari kematian kedua orang tuanya hingga ia bekerja di kota. Semua ia jelaskan panjang lebar sehingga Fahri merasa marah kepada Farah. Ia juga menjelaskan bahwa perubahan dirinya tidak lain hanya untuk medekati dirinya. Setelah mendengar penjelasan dari Silvi. Fahri merasa telah di perdaya oleh Farah. Ternyata selama ini segala sikap baiknya hanya untuk mendapatkan pujian orang lain. Tanpa menunda-nunda waktu Fahri langsung menemui Farah. Kebetulan di jalan ia menemukan Farah pulang dari tempat kerjanya. Fahri langsung membawa Farah ke suatu tempat untuk berbicara dengannya.
" Sengaja aku ajak kamu kesini. Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu.”
“ Tentang apa Fahri ?”
“ Begini Farah, dulu aku pernah membaca sebuah kitab karangan 'Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi, seorang ulama yang hidup dalam abad ke XIII Hijrah, menerangkan bahwa sesungguhnya Allah S.W.T telah menciptakan akal, maka Allah S.W.T telah berfirman yang bermaksud : "Wahai akal mengadaplah engkau." Maka akal pun mengadap kehadapan Allah S.W.T., kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Wahai akal berbaliklah engkau!", lalu akal pun berbalik. Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi yang bermaksud : "Wahai akal! Siapakah aku?". Lalu akal pun berkata, "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah". Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau.". Setelah itu Allah S.W.T menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang bermaksud : "Wahai nafsu, menghadaplah kamu!". Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri. Kemudian Allah S.W.T berfirman lagi yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau.". Setelah itu Allah S.W.T menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.". Lalu Allah S.W.T menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu' selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan maka Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?". Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, " Aku adalah hamba-Mu dan Kamu adalah tuhanku.”
“Dengar Farah…… dalam hal ini aku ingin mengatakan kepadamu bahwa sesungguhnya merubah diri untuk menjadi baik karena ingin di puji orang lain atau pun ingin dekat dengan seseorang yang sangat kamu sayangi adalah sebagian dari nafsu. Semua pekerjaan atau pun perubahan yang telah engkau lakukan dengan mengharapkan selain ridho dari Allah adalah budak nafsu yang berujung pada fatamorgana."
" Maksud kamu, selama ini perubahan yang terjadi kepada diriku bukan karena Allah ?"
" Bukan begitu Farah, aku hanya ingin mengingatkan dirimu supaya tidak salah niat dan kembali pada jurang kenistaan yang kelam."
" Tapi aku tidak seburuk yang kamu bayangkan."
" Iyah….. aku faham akan perasaanmu tapi….."
" Ah… aku sudah tahu maksudmu.."
Farah berlari pergi menjauhi Fahri, setengah wajahnya ia tutup dengan ujung kerudung. Fahri mencoba memanggil Farah berkali-kali tapi ia tidak menghiraukan panggilannya. Semakin lama tubuh Farah hilang di telan waktu. Fahri hanya bisa diam membisu meratapi kepergian Farah. Keesokan harinya, Fahri mendapatkan sebuah bingkisan dan sebuah surat dari Farah. Ia membuka surat itu dan membacanya.
Teruntuk mas Fahri
di
tempat
Andaiku sanggup menggapai gemerlapnya bintang di awan. Lengkungan pelangi yang menghiasi indahnya ciptaan. Waktu yang berjalan mengintari kehidupan mahluk Tuhan. Ingin kupersembahkan kepada seorang pangeran rupawan. Sebagai ungkapan dari lubuk hati yang paling dalam. Untuk mebuktikan bahwa engkaulah bayangan diriku. Lembaran hidupku yang akan kupenuhi dengan tinta cintaku. Impian indah yang akan kulalui bersamamu. Sampai ajal menjemputku dalam ketulusan kalbu.
Namun, semerbak wangi bunga kamboja telah menyebar membawa aroma kematian jiwa. Sang pangeran angkuh pergi meniggalkan semua harapan. Dengan segala kehormatan dan kejayaan yang telah di capainya. Mencampakanku yang hina dalam pandangannya. Menenggelamkanku setelah bangun walaupun sesaat. Menyeretku hingga terseok duri-duri beracun.
Kini aku tak sanggup lagi mengejar pangeran yang angkuh. Aku lebih memilih kembali pada jalanku walaupun buruk baginya. Namun itu baik bagiku dan lebih menyenangkan. Daripada mengejar sesuatu yang tak kunjung berakhir. Hanya luka dan luka yang selalu menemani setiap waktuku. Mungkin jika pangera lebih bahagia dengan kepergianku. Aku pun rela untuk melakukannya. Senyummu adalah bahagiaku dan sakitmu adalah tangisku.
Tak lupa aku kembalikan semua pakaian kebesaran yang selalu menemanimu. Mungkin aku tidak pantas untuk memakainya, biarkanlah orang lain yang memakainya yang lebih pantas menurutmu.
Farah
Setelah membaca surat darinya. Fahri membuka bingkisan dari Farah. Terlihat bingkisan itu lebih besar dari biasanya. Namun ia terkejut setelah membuka bingkisan itu. Ternyata dalamya adalah seperangkat baju muslimah. Mulai dari kerudung putih, baju gamis panjang yang selalu ia pakai ke pengajian, hingga alat-alat solat. Semua tersimpan rapih dalam bingkisan itu. Fahri merasa berdosa atas apa yang telah ia lakukan. Seandainya waktu bisa berulang. Ia ingin menariknya kembali dan merubah segalanya.
Setelah beberapa hari kemudian, Fahri menonton berita dalam acara televisi, dan di salah satu berita yang menerangkan tentang razia PSK. Ia melihat Farah di giring oleh petugas memasuki mobil patroli. Dalam hati Fahri bertanya.
" Ya Allah salahkah aku atas semua ini ?"
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan komentar disini. . . ,
demi kebaikan bersama