PIMDA22.BLOGSPOT.COM, Jakarta : Meski pemerintah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada Rabu 10 Juli mendatang, sejumlah umat Muslim sudah mulai menjalankan salat tarawih pada Senin 8 Juli malam. Seperti terjadi di Solo, Jawa Tengah. Ratusan warga Muhammadiyah sudah memulai salat tarawih di Masjid Balai Muhammadiyah Solo sebagai tanda esok hari mulai berpuasa.

Tayangan Liputan 6 SCTV, Selasa (9/7/2013) memberitakan, ratusan umat Islam baik laki-laki maupun perempuan secara khusuk mengikuti salat tarawih untuk pertama kalinya ini di Balai Muhammadiyah Solo yang dipimpin imam setempat. Mereka yang malam ini baru mulai menjalankan tarawih dan berpuasa esok hari merupakan orang mengikuti ketetapan Muhammadiyah yang menetapkan awal puasa Ramadan pada Selasa (9/7/2013).

Sementara warga Muhammadiyah Yogjakarta juga sudah salat tarawih di Masjid Besar Kauman Senin malam. Ratusan jamaah dari sekitar wilayah Yogjakarta memadati masjid yang juga menjadi pusat kegiatan Muhammadiyah di kota tersebut. Bahkan, karena padatnya jamaah yang akan tarawih, pihak takmir masjid juga menggelar tarawih setiap pukul 02.00 dini hari. Warga Muhammadiyah juga mengimbau agar perbedaan awal Ramadan tidak perlu dipersoalkan.

Masjid Marhamah di Kalumbuak, Kuranji, Padang Sumatera Barat menjadi salah satu dari sekian banyak masjid Muhammadiyah yang menyelenggarakan salat tarawih. Meski pemerintah sudah menetapkan awal Ramadhan jatuh hari pada Rabu 10 Juli sesusai sidang isbat, warga Muhammadiyah tidak terpengaruh. Mereka meyakini,m awal puasa jatuh hari Selasa sehingga melaksanakan salat tarawih.

Dalam penetapan 1 Ramadan ini, Muhammadiyah menggunakan metode hisa atau perhitungan yang mendasarkan penetapan awal puasa dengan munculnya hilal di atas garis ufuk meski kurang dari satu persen. Meski ada perbedaan dalam metode penetapan awal puasa, namun perbedaan ini bukan merupakan hal yang prinsip dengan pemerintah ataupun umat muslim yang lainnya.

Pemerintah secara resmi mengumumkan 1 Ramadan jatuh pada Rabu 9 Juli 2013. Meski terjadi perbedaan sebaiknya ditanggapi dengan lebih dewasa dan tidak dijadikanalasan bagi umat islam untuk berselisih. Perbedaan ini merupakan suatu yang wajar dalam Islam dan bukan hal mengganggu sehingga tidak perlu diperdebatkan. (Ali)